BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dalam
berbahasa , baik secara lisan maupun tulis, kita sebenarnya tidak menggunakan
kata-kata secara lepas. Akan tetapi kata-kata terangkai mengikuti aturan atau
kaidah yang berlaku sehingga terbentuklah rangkaian kata yang dapat
mengungkapkan gagasan. Pikiran, atau perasaan. Rangkaian kata yang dapat
mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan itu dinamakan kalimat.
Sekurang-kurangny
kalimat dalam ragam resmi , baik lisan maupun tertulis harus memiliki subjek
(S) dan predikat (P). Kalau tidak memeliki unsur subjek dan unsur predikat,
pernyataan itu bukanlah kalimat. Deretan itu hanya dapat disebut frasa. Inilah
yang membedakan kalimat dengan frasa.
Kalimat
dalam bahasa indonesia haruslah memilki unsur-unsur kalimat seperti subjek(S)
dan predikat (P) dan pola kalimat yang mendasar. Selain itu , kalimat juga
memilki 3 jenis kalimat. Yang pertama jenis kalimat menurut struktur
gramatikalnya, jenis kalimat menurut fungsinya dan yang terakhir kalimat
efektif.
Berangkat
dari uraian di atas, maka kami akan menganalisa teori-teori tersebut. dengan
melakukan pembelajaran yang kami dapat melalui referensi yang ada dan sesuai
dengan judul “ Kalimat dalam Bahasa Indonesia”.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Jelaskan
mengenai pengertian kalimat dalam bahasa indonesia?
2. Jelaskan
unsur-unsur kalimat yang digunakan dalam tata bahasa indonesia?
3. Jelaskan
pola kalimat dasar dalam tata bahasa indonesia?
4. Jelaskan
jenis-jenis kalimat dalam bentuk bahasa indonesia?
5. Apa
yang dimaksud dengan kalimat efektif?
C.
TUJUAN
PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui
dan menjelaskan mengenai pengertian kalimat dalam bahasa indonesia.
2. Mengetahui
dan menjelaskan unsur-unsur kalimat dalam tata bahasa indonesia.
3. Mengetahui
dan menjelaskan pola kalimat dalam tata bahasa indonesia.
4. Mengetahui
dan menjelaskan jenis-jenis kalimat dalam tata bahasa indonesia.
5. Mengetahui
dan menjelaskan pengertian kalimat efektif.
D.
MANFAAT
PENULISAN
Sementara itu, manfaat yang kami
harapkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan
jawaban dan solusi atas persoalan mengenai kalimat dalam bahasa indonesia.
2. Mengembangkan
ilmu pengetahuan bahasa indonesia terutama dalam hal mengenai kalimat dalam
tata bahasa indonesia.
3. Memperkaya
bahan kepustakaan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN KALIMAT
Sekurang-kurangnya kalimat dalam
ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat
(P). Kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu
bukanlah kalimat. Dengan kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa.
Inilah yang membedakan kalimat dengan frasa. Kalimat adalah satuan bahasa
terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Dalam wujud lisan
kalimat diucapkan dengan suara naik
turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam
wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.),
tanda tanya (?) dan tanda seru (!), dengan pengecualian pada judul tulisan yang
boleh tidak diakhiri oleh tanda baca apapun.
Perhatikan contoh berikut:
1. Pergi?
2. Ayah
pergi.
3. Ayah
saya.
4. Ayah
saya sedang pergi ke Bandung.
Contoh (1) merupakan contoh kalimat
yang dibentuk oleh satu kata. Kalimat-kalimat semacam ini sering dijumpai dalam
percakapan santai atau situasi pergaulan yang tidak resmi. Kalimat yang digunakan dalam percakapan santai
umumnya pendek-pendek.
Contoh (2) dan (4) merupakan
kalimat-kalimat yang terdiri atas dua kata atau lebih. Seperti halnya contoh
(1) , bila disampaikan dalam ragam bahasa lisan, contoh-contoh tersebut di
tandai oleh intonasi naik turun dan jeda. Dalam ragam tulisan, di awali oleh
huruf kapital dan di akhiri oleh tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda
seru (!).
Sementara itu, contoh (3) bukanlah
kalimat. Hal ini karena satuan bahasa tersebut mengungkapkan pikiran yang utuh.
Tidak diperoleh informasi lengkap dan jeda dalam ragam bahasa lisan ataupun
tanda baca pada ragam tulisan. Satuan bahasa dalam kalimat contoh (3) merupakan
kelompok kata yang disebut frasa. contoh frasa lainnya : sedang
pergi, ke Bandung.
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam
buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini
disebut peran kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel),
dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku terdiri dari
sekurang-kurangnya atas dua unsur, yakni subjek dan predikat.
Unsur yang lain (O, Pel, dan Ket) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak
wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1. Subjek
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan
pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi
pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda
(nominal), klausa, atau frasa verbal.
(1) Ayahku sedang melukis.
(2) Meja direktur besar.
(3) Yang berbaju batik dosen saya.
(4) Berjalan kaki menyehatkan badan.
(5) Membangun jalan layang sangat mahal.
Selain ciri di atas, subjek
dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)
atau apa (yang) kepada predikat. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang
diajukan, itulah subjek. Jika
ternyata jawabannya tidak ada atau tidak logis berarti kalimat itu tidak
mempunyai subjek. Inilah
contoh “kalimat” yang tidak mempunyai subjek karena tidak ada/tidak
jelas pelaku atau bendanya.(1) Ayahku sedang melukis.
(2) Meja direktur besar.
(3) Yang berbaju batik dosen saya.
(4) Berjalan kaki menyehatkan badan.
(5) Membangun jalan layang sangat mahal.
(1) Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
(yang benar :Siswa sekolah dilarang masuk)
(2) Di sini melayani resep obat generik.
(yang benar : Toko ini melayani resep obat generik).
(3) Melamun sepanjang malam.
(yang benar : Dia melamun sepanjang malam)
2. Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi
tahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam
suatu kalimat). Selain memberi tahu tindakan atau perbuatan subjek, prediksi dapat pula menyatakan
sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri subjek. Termasuk juga sebagai predikat dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang
dimiliki subjek. Predikat
dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva,
tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh
berikut ini.
Contoh :(1) Kuda meringkik.
(2) Ibu sedang tidur siang.
(3) Putrinya cantik jelita.
(4) Kota Jakarta dalam keadaan aman.
(5) Kucingku belang tiga.
(6) Robby mahasiswa baru.
(7) Rumah Pak Hartawan lima.
Tuturan
di bawah ini tidak memilik predikat karena tidak ada kata-kata yang menunjuk
perbuatan, sifat, keadaan, ciri dan status pelaku/bendanya.
(1) Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
(2) Kantor kami yang terletak di Jalan Gatot Subroto.
(3) Bandung yang terkenal sebagai kota kembang.
3. Objek(1) Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
(2) Kantor kami yang terletak di Jalan Gatot Subroto.
(3) Bandung yang terkenal sebagai kota kembang.
Objek
(O) adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat. Objek pada umumnya diisi oleh nominal, frasa nominal, atau klausa. Letak objek selalu di belakang predikat yang berupa verba transitif, yaitu
verba yang menuntut wajib hadirnya objek seperti pada contoh di bawah ini:
1. Nurul menimang bonekanya.
2. Arsitek merancang sebuah gedung bertingkat.
3. Juru masak menggorek udang windu.
Jika predikat diisi oleh verba intransitif, objek tidak diperlukan. Seperti contoh di bawah ini:
1. Nenek sedang tidur.
2. Komputerku rusak.
3. Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan.
Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak objeknya di belakang dan lihat perubahan posisinya bila
kalimatnya dipasifkan.(1) a. Serena Williams mengalahkan Angelique Wijaya [O]
b. Angelique Wijaya [S] dikalahkan oleh Serena Williams.
(2) a. Orang itu menipu adik saya [O].
b. Adik saya [S] ditipu orang itu.
(3) a. Ibu Tuti mencupit pipi Sandra [O]
b. Pipi Sandra [S] dicubit oleh ibu Tuti.
(4) a. John Smith memberi barang antik [O].
b. Barang antik [S] dibeli oleh John Smith.
4. Pelengkap
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat. Letak pelengkap umumnya di belakang predikat yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh objek, dan jenis kata yang mengisi pelengkap dan objek juga sama, yaitu dapat juga berupa nominal, frase nominal, atau klausa. Namun, antara pelengkap dan objek terdapat perbedaan. Perhatikan contoh di bawah ini.
(1) Ketua MPR // membacakan // Pancasila.
S P O
(2) Banyak orsospol // berlandaskan // Pancasila.
S P Pel
(3) Pancasila // dibacakan // oleh Ketua MPR.
S P O
Beda
pelengkap dan objek adalah pelengkap tidak dapat dipasipkan menjadi subjek,
sedangkan objek dapat dipasifkan menjadi subjek.
Posisi Pancasila sebagai pelengkap pada contoh (2) di atas tidak dapat dipindahkan ke depan menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Contoh yang salah: Pancasila dilandasi oleh banyak organisasi sosial politik.
Posisi Pancasila sebagai pelengkap pada contoh (2) di atas tidak dapat dipindahkan ke depan menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Contoh yang salah: Pancasila dilandasi oleh banyak organisasi sosial politik.
Akan tetapi Pancasila sebagai objek pada contoh (1) di atas dapat dibalik menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Contoh :
Pancasila dibacakan oleh Ketua MPR.
S P O
Hal lain yang membedakan pelengkap dan objek adalah jenis pengisinya.Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, pelengkap dapat pula diisi oleh frasa adjektival dan frasa preposisional. Di samping itu, letak pelengkap tidak selalu tepat di belakang predikat. Kalau dalam kalimatnya terdapat objek, letak pelengkap adalah di belakang objek sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel.
Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
(1) Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.Contoh :
Pancasila dibacakan oleh Ketua MPR.
S P O
Hal lain yang membedakan pelengkap dan objek adalah jenis pengisinya.Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, pelengkap dapat pula diisi oleh frasa adjektival dan frasa preposisional. Di samping itu, letak pelengkap tidak selalu tepat di belakang predikat. Kalau dalam kalimatnya terdapat objek, letak pelengkap adalah di belakang objek sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel.
Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
(2) Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
(3) Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
(4) Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
(5) Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
Bedakan dengan kalimat di bawah ini.
1. Sekretaris
itu mengambil air minum untuk atasannya.
2. Annisa mengirim kopiah bludru untuk kakaknya.
(Kata atasannya dan kakanya menjadi Keterangan (Ket.), sedangkan air minum dan kopiah bludru adalah Objek).
5. Keterangan(Kata atasannya dan kakanya menjadi Keterangan (Ket.), sedangkan air minum dan kopiah bludru adalah Objek).
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai S,P,O, dan Pel. Posisinya bersifat manasuka, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frase nominal, frase preposional, adverbal, atau klausa.
1. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum dari kulkas.
(ket. Tempat)
2. Rustam Lubis sekarang sedang belajar. (ket. Waktu)
3. Lia memotong roti dengan pisau. (ket. alat)
4. Anak yang baik itu rela berkorban demi orang tuanya.
(ket. Tujuan)
5. Polisi menyelidiki masalah itu dengan hati-hati.(ket. Cara)
6. Amir Burhan pergi dengan teman-teman sekantornya. (ket. penyerta)
7. Mahasiswa hukum itu berdebat bagaikan pengacara. (ket. Similatif)
8. Karena malas belajar, mahasiswa itu tidak lulus. (ket. penyebaban)
9. Murid-murid TK berpegangan satu sama lain. (ket. Kesalingan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar